GoLiput

Dekan FEMA IPB University: Polemik Data Indonesia Harus Diakhiri

Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor, Dr. Sofyan Sjaf, saat memaparkan gagasan Data Desa Presisi di forum Diseminasi Hasil Riset dan Sharing Ideas Calon Guru Besar. Jum'at, (11/10/2024). Foto: Yandi/Perdes

Perdes.id, Bogor –  Dekan Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) IPB University, Dr. Sofyan Sjaf, keluhkan polemik data di Indonesia. Pasalnya, Menurut Dr. Sofyan, polemik data merupakan salah satu persoalan mendasar yang terus ‘langgeng’ bertahan sampai saat ini di Indonesia.

Masih menurut dia, sejumlah kasus seperti data fiktif penerima bantuan sosial mencuat ke ruang publik dan membuat kegaduhan. Dampaknya bukan sembarang. Diantaranya, negara harus rugi triliunan rupiah akibat kebocoran anggaran. Lalu, lebih dari itu, kerugian yang paling prinsip adalah kegagalan memenuhi hak rakyat yang sesungguhnya membutuhkan dukungan program.

Hal ini dinyatakan Dr. Sofyan pada sesi paparan gagasan di forum Diseminasi Hasil Riset dan Sharing Ideas Calon Guru Besar. Jum’at, (11/10). Ia menekankan, polemik data yang terus berulang dan berkelanjutan di Indonesia harus segera diakhiri. Seiring perkembangan teknologi yang pesat, gagasan tersebut sangat mungkin terwujud.

“Masalah selanjutnya adalah tinggal komitmen semua pihak untuk mewujudkannya. Kampus dalam hal ini memiliki peranan penting, terutama terkait inovasi yang ditujukan untuk menjawab tantangan polemik data Indonesia,” tukasnya.

Data Desa Presisi: Solusi Strategis Tuntaskan Polemik Data

Ia melanjutkan, akar persoalan polemik data adalah ketidak-sesuaian antara data dengan fakta. Untuk menjawab hal tersebut, sambungnya, dibutuhkan inovasi pendataan yang mampu menghasilkan data dengan tingkat akurasi tinggi. Filosofi itulah yang kemudian melatarbelakangi terlahirnya inovasi Data Desa Presisi (DDP).

“Data dengan tingkat akurasi tinggi mampu menggambarkan objek dan subjek data secara menyeluruh. Sehingga, pada prinsipnya, dibutuhkan pendekatan yang sesuai, yaitu antara lain gabungan pendekatan sensus pada unit analisis keluarga, lalu pemetaan spasial untuk mematerialkan data. Terakhir, yang tidak kalah penting adalah pelibatan warga dalam proses produksi dan reproduksi data. Dalam hal ini, warga tidak hanya diajak terlibat aktif dalam aktifitas pengumpulan data, tetapi juga berkontribusi pada tahapan verifikasi hingga pemutakhiran data,” ungkapnya.

Masih dalam paparan Dr. Sofyan, karakteristik Indonesia secara wilayah adalah negara perdesaan (rural state). Mayoritas wilayah Indonesia bertipologi perdesaan yang tersebar di banyak daerah di Indonesia.

Tidak hanya itu, desa juga adalah satuan pemerintahan terkecil yang secara peran dan fungsi lebih dekat dengan rakyat. Hal-hal demikian juga penting untuk dipertimbangkan dalam agenda pembangunan data Indonesia.

“Data Indonesia dalam beragam jenjang, dari mulai nasional, regional, hingga lokal (kabupaten/kota: Red) pada prinsipnya mestilah agregasi dari data yang dikumpulkan pada jenjang desa. Dengan kata lain, sumber awal data Indonesia adalah desa-desa di seluruh Indonesia. Prinsip ini melekat kuat dalam konsep dan terapan inovasi Data Desa Presisi,” tuturnya.

Sudah Diterapkan di Ribuan Desa di Indonesia

Hingga saat ini, imbuh Dr. Sofyan, inovasi Data Desa Presisi telah diterapkan di ribuan desa di Indonesia. Hal demikian disatu sisi menunjukkan atensi sekaligus sambutan positif dari para pihak yang menghendaki pembenahan data. Namun, disisi lain, data yang terkumpul dari terapan inovasi Data Desa Presisi mengungkap kondisi yang berbeda signifikan dari gambaran data-data publik yang ada saat ini.

“Sebagai contoh, kami menemukan bahwa kondisi ketimpangan ekonomi di Indonesia lebih tinggi dari yang dilaporkan institusi Pemerintah. Sama halnya, tingkat pengangguran terbuka di Indonesia juga lebih tinggi dari hasil publikasi instansi Pemerintah. Kami sadari betul, perbedaan nyata tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor metode pendataan,” tegasnya.

Menutup paparannya, ia mengucapkan apresiasi terhadap semua pihak yang telah menyambut baik inovasi Data Desa Presisi. Pada akhirnya, singgung Dr. Sofyan, untuk menjangkau kebermanfaatan yang lebih luas jelas diperlukan dukungan para pemangku kebijakan.

e”Saya kira, milestone penting Data Desa Presisi adalah ketika inovasi ini diadopsi oleh para pemangku kebijakan di semua level pemerintahan. Dengan begitu, inovasi Data Desa Presisi dapat berdampak luas dan massif terhadap semua desa di Indonesia,” pungkasnya.