GOLIPUT.ID, Gorontalo Utara – Bupati Gorontalo Utara, Thariq Modanggu, membuka secara resmi kegiatan Sosialisasi Kekerasan terhadap Perempuan yang diintegrasikan dengan Desa Ramah Perempuan dan Peduli Anak serta Gerakan Keluarga Surga Kasih Sayang (GK-SKS) tingkat Kabupaten Gorontalo Utara (14/10/2025). Acara yang berlangsung di Aula Germas ini dihadiri oleh Wakil Bupati Nurjanah Hasan Yusuf, Kepala Dinas P3A Provinsi Gorontalo Dr. Yana Satri Sulaiman, S.H., M.H., sejumlah Kepala Dinas, para Camat, dan Kepala Desa dari lima kecamatan.
Dalam sambutannya, Bupati Thariq Modanggu menjelaskan bahwa GK-SKS merupakan salah satu dari 15 agenda strategis Pemerintah Kabupaten Gorontalo Utara. Gerakan ini dicetuskan sebagai antitesis terhadap pendekatan represif dalam penanganan masalah sosial, dengan keyakinan bahwa keluarga adalah basis utama pembentukan karakter dan pencegahan kekerasan.
Bupati Thariq menetapkan tiga pilar utama dalam Gerakan Keluarga Surga Kasih Sayang (GK-SKS):
- Makan Bersama Keluarga: Menjadi pilar pertama karena berhubungan dengan daya tahan hidup (daya survive) dan menjadi momen penting untuk membangun komunikasi batin, verbal, perhatian, dan kasih sayang.
- Curhat (Berbagi Cerita) di Dalam Rumah: Curhat dengan pasangan dan anak di rumah, bukan di media sosial, sangat krusial untuk mencegah masalah dan kekerasan. Ketidakmampuan anak untuk berkomunikasi seringkali membuat mereka menjadi korban kejahatan yang diam.
- Wisata Bersama Keluarga: Menyediakan waktu berkualitas untuk kebersamaan dan kehangatan keluarga.
Pada kesempatan tersebut, Bupati Thariq Modanggu juga menyederhanakan nama gerakan tersebut menjadi GK-SKS (Gerakan Keluarga Surga Kasih Sayang) agar lebih mudah diingat dan dikomunikasikan.
Bupati Thariq Modanggu menekankan pentingnya sinergitas kelembagaan dan program agar GK-SKS tidak hanya berhenti pada seruan dan kampanye.
Bupati meminta Dinas PPA dan jajarannya untuk segera bersinergi dengan lembaga lain seperti TP PKK, Gorontalo Utara, Dharma Wanita Persatuan, dan Kementerian Agama. Kolaborasi dengan Kementerian Agama, misalnya, perlu dilakukan melalui penyusunan MOU agar pesan-pesan pencegahan kekerasan dapat disuntikkan dalam khotbah Jumat dan ceramah keagamaan, mengingat sasaran utama pencegahan kekerasan (kaum laki-laki) banyak hadir dalam forum tersebut.
Bupati juga mendesak agar tiga pilar GK-SKS di-breakdown menjadi indikator terukur dan dapat diintervensi dengan kegiatan serta anggaran yang jelas dalam RPJMD.
Beberapa contoh sinergitas program yang diusulkan:
° Makan Bersama Keluarga disinergikan dengan program Gerakan 2 Kambing 10 Ayam (G2-10) dan Gerakan Agro Mopomulo untuk memastikan ketersediaan pangan bergizi dan meningkatkan ekonomi keluarga.
°Curhat/Komunikasi disinergikan dengan Dinas Pendidikan untuk melatih guru-guru agar aktif mendiskusikan masalah siswa dan mendorong keterbukaan dengan orang tua.
Untuk mendorong partisipasi pemerintah desa, Bupati Thariq mengumumkan adanya program Penambahan Alokasi Dana Desa (ADD) hingga Rp 100 juta mulai tahun depan. Namun, tambahan ADD ini akan diberikan berdasarkan indikator kinerja desa yang berkolaborasi dengan program daerah, seperti:
- Tingkat keberhasilan Desa Ramah Anak.
- Jumlah pohon yang ditanam melalui program Mopomulo.
- Kebersihan masjid/gereja dan pembaruan materi khotbah (PKS-MG).
– Jumlah ternak (ayam/kambing) melalui G2-10.
Jumlah warga yang diikutsertakan dalam BPJS Ketenagakerjaan non-penerima upah untuk memberikan perlindungan kepada perempuan dan anak.
Bupati Thariq Modanggu menutup sambutannya dengan memperkenalkan Tolopani Award—sebuah penghargaan khusus bagi desa dan aparat pemerintah yang paling banyak melahirkan inovasi dan kreativitas.
Beliau juga mengingatkan seluruh pihak untuk menghindari kekerasan fundamental yang tidak disadari, seperti terlalu sering melarang (“jangan-jangan”) yang dapat membentuk generasi dewasa yang tidak berani berinovasi. Dengan menciptakan iklim “Tolopani” (Inovasi dan Kreativitas) dan menerapkan nilai-nilai Berdaya Sinergi, Ceria, Cerdas, Empatik, Ramah, Inovatif, dan Amanah, Bupati berharap angka kekerasan terhadap perempuan dan anak di Gorontalo Utara dapat menurun hingga titik minimal.

.











